Sabtu, 02 April 2016

Selayang pandang tentang gerakan liberalisme islam


Oleh : Nanda E.S Sejati
A. Konsepsi Islam Liberal
 
Pertama, saya ingin mendudukkan posisi saya di awal, bahwa saya bukan seorang pakar agama, saya tidak kuliah di jurusan ushuluddin atau lulusan pondok pesantren. Saya adalah seorang sarjana kedokteran yang kebetulan agak sering bersinggungan dengan agama islam lewat kajian kajian, dan yang pasti adalah karena saya juga seorang yang beragama islam. Karena saya adalah seorang sarjana, maka tulisan ini sebisa mungkin dibuat menggunakan pendekatan pendekatan yang  ilmiah.

Liberalisme agama bukanlah sebuah hal baru dalam sudut pandang teologis. Gerakan ini menjadi sangat  populer ketika berhasil melatarbelakangi peristiwa Renaisans pada abad pertengahan di Eropa. Gerakan ini semakin menguat sampai saat ini dengan menjadikan Barat sebagai kiblatnya.

Landasan utama pola pemikiran liberal adalah rasionalitas dan humanis. Sehingga tidak jarang, pola pemikiran ini  dibawa oleh kaum-kaum intelektual. Ajaran/teori yang bersifat dogmatis harus di uji dengan rasional dan logika berfikir ilmiah. Apabila teori tersebut tidak sesuai dengan konstruksi ilmiah, maka teori tersebut tidak perlu dipakai karena sudah usang. Dalam perspektif ilmu pengetahuan, pola pemikiran seperti ini sangatlah tepat. Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah maka tidak lain memang harus menggunakan pendekatan ilmiah yang  metodis.  Namun akan menjadi bermasalah, ketika kaidah berfikir ini digunakan untuk mengkaji masalah masalah teologi karena hampir sebagian besar ajaran agama bersifat dogmatis. Sementara kultur keilmiahan sendiri tidak bisa menerima sesuatu yang dogmatis. Sesuatu yang tidak bersifat empiris, kedudukanya sangat lemah bahkan ditolak. Akibatnya, terjadi suatu polarisasi yang tidak akan pernah bertemu satu sama lain. Sehingga munculah paham, agama adalah penghalang moderinisme.

Pola pemikiran liberal dalam islam awal mulanya dimunculkan oleh kelompok Mu’tazilah. Kelompok Mu’tazilah menafsirkan Al-Qur’an dan Hadist dengan mendasarkan pada akal mereka dan tidak memakai kaidah kaidah yang telah ditetapkan oleh para ulama’. Akibatnya, pemahaman terhadap agama menjadi salah dan berujung pada aqidah yang  bermasalah.

Liberalisme islam semakin mendapat legitimasi ketika Kemal Pasha mengubah Kekhalifahan Ustmani menjadi Turki sekuler. Liberisasi yang dilakukan oleh Kemal Pasha bahkan sangat radikal hingga mengubah adzan dari bahasa arab menjadi bahasa Turki. Manuver dari Kemal Pasha ini seolah menjadi sumber inspirasi bagi penggagas liberalisme untuk semakin membawa paham liberal kedalam negara negara islam lain. Akarnya masih sama, untuk menjadi negara yang maju dan modern, maka agama islam harus di dekonstruksi dan dielaborasikan kembali menjadi prinsip-prinsip yang  menunjang kemajuan, salah satunya adalah kebebasan dalam segala aspek.

Formulasi pertama yang digugat oleh kelompok liberal adalah syariat islam yang menurut perspektif logika berfikir liberal terkesan kaku, konservatif, tradisionalis bahkan diskriminatif. Syariat islam (menurut perspektif mereka) adalah representasi dari budaya arab masa lalu yang sudah seharusnya  mendapatkan penyegaran kembali agar sesuai dengan kehidupan masyarakat modern saat ini. Oleh karenanya, syariat islam saat ini sudah tidak relevan. Mereka yang menggagas syariat islam adalah masyarakat primitif yang kuno dan tekungkung dalam pola pikir dogmatif, tidak ilmiah. 

Penggugatan terhadap syariat islam pada akhirnya berlanjut dengan pengejawantahan poin poin yang dirasa tidak terakomodir oleh syariat secara proporsional. Misalnya saja tentang posisi wanita dalam syariat yang dirasa tidak adil karena ditempatkan “dibawah” laki-laki. Syariat ini dianggap tersifati dari budaya arab yang patriarki. Gugatan pada poin tersebut kemudian melahirkan prinsip prinsip baru seperti kesetaraan gender, feminisme, hingga kebolehan seorang wanita untuk menjadi imam sholat dan khotib jum’at bagi jamaah (meskipun didalamnya ada laki-laki baligh ataupun perempuan). Presumsi yang berlebihan terhadap syariat islam yang diasosiasikan terhadap budaya arab ini, kemudian menjadi indikator baru untuk menguji keabsahan hukum-hukum dalam syariat islam. Maka munculah istilah-istilah seperti arabisasi, islam arab, islam nusantara, salafisme, wahabisme, dll.

B. Kelemahan Dasar Berfikir Islam Liberal

Sebagaimana telah dibahas diatas sebelumnya, pola pikir liberalisme adalah mendasarkan pada rasio , humanis dan empirik. Konstruksi ini sangat tepat digunakan dibidang ilmu pengetahuan terutama sains. Namun konsep empirik pasti akan terbentur dengan konsep teologis yang mendasarkan pada prinsip keimanan. Dalam islam sendiri, ada hal-hal yang bisa dimaknai dengan pendekatan empirik namun ada pula hal-hal yang harus dimaknai dengan pendekatan keimanan. Karena unsur dasar keimanan adalah percaya (believe), sekalipun apa yang dipercayai tidak bisa dilihat secara inderawi.

Menolak unsur keimanan berimplikasi kepada ateisme, sementara menerima keimanan namun menomorsatukan rasio, humanisme dan empirisme semata berimplikasi kepada liberalisme. Unsur rasio dan empirik menghasilkan penafsiran penafsiran kitab suci secara kontekstual semata, mendasarkan kepada apriori yang tendensius dan emosional. Sementara unsur humanis yang berlebihan menghasilkan sikap permisif terhadap semua perilaku manusia sekalipun itu menyimpang. Sebagai contoh, dari unsur humanislah muncul paham semua agama sama benarnya, LGBT adalah fitrah manusia, pernikahan sesama jenis, pernikahan beda agama adalah legal, dan lain sebagainya.

Wallahu a’lam
Referensi :
1. Husaini A, Al-Banjari H, Syamsi Ali M, Soekanto S. 2003. Membedah Islam Liberal. Bandung : Syaamil Media Cipta
2. Husaini A. 2015. Liberalisasi Islam di Indonesia. Jakarta : Gema Insani

10 Januari 2016



Satu persatu kemalasan mulai muncul ketika engkau meninggalkan budaya untuk disiplin dan rajin. Ada pepatah mengatakan panas satu tahun terhapus oleh hujan sehari. Tau apa maksudnya ? Maksudnya adalah meruntuhkan kebaikan itu sangat sangat mudah ketimbang kita membangunnya. Dunia sesungguhnya adalah surga bagi keburukan dan kejelekan, dan penjara bagi kebaikan. Begitu mudah meruntuhkan kebiasaan baik yang sudah dibangun berbulan bulan dengan beberapa hari melakukan kebiasaan buruk, sementara itu begitu sulit membangun kebiasaan baik untuk meruntuhkan kebiasaan buruk yang telah berlangsung lama. Kebiasaan buruk itu memiliki sifat laten, artinya sewaktu waktu bisa saja bangkit dengan mudah. Nampaknya garis kehidupan manusia memang dituntut untuk berjuang sepanjang hidupnya. Ya itulah mengapa manusia diangkat sebagai khalifah, dan itu pula mengapa mahluk lemah ini begitu mulia sampai sampai membuat mahluk yang dulunya begitu mulia menjadi mahluk paling hina yakni iblis cemburu buta dengan kedudukan yang Allah berikan pada adam. Adakah yang sanggup memilkul beban yang begitu berat ini ? setiap hari di goda oleh Iblis dan tentaranya. Kemaksiatan yang terasa nikmat dihamparkan setiap hari didepanya. Berat, sangat berat beban yang harus diemban oleh manusia. Dan oleh karenanya, dia harus selalu dekat dengan Penciptanya.

Satu hal yang paling berat di dunia ini adalah istiqomah. Sangat sulit, Rasul sendiripun menerangkan Al imanu yazidu wa yanqush. Iman itu naik dan turun. Itu fitrah, itu alamiah. Tidak terasa sudah satu tahun berlalu sejak aku berniat untuk merubah sikapku yang dulu begitu payah untuk lebih rajin, lebih istiqamah dan lain sebagainya. Pada akhirnyapun sama, tetap saja seperti ini. Aku menemukan banyak kekosongan dalam hidupku, visi yang meredup. Mimpi yang terlalu panjang gapnya. Entah mengapa aku menjadi manusia yang begitu payah. Manusia paling payah menurutku. Dulu aku punya banyak mimpi besar, punya banyak hal besar. Tapi lagi lagi karam. Ini hanya coretan. Aku membiarkan semua kata dalam pikiranku mengalir begitu saja tanpa peduli dengan indahnya atau sistematikanya. Who cares about that. Dan lagi lagi disini aku harus kembali membangun mimpi yang terurai tersebut. Aku tidak tahu dilangit mana rezekiku akan diturunkan oleh Allah. Aku tidak tahu, benar benar tidak tahu. Sampai saat ini aku masih menjadi orang biasa yang biasa biasa saja. Padahal  aku punya banyak mimpi besar, dan kau tahu, engkau telah mendapatkan beasiswa baktinusa. Itu adalah beasiswa zakat. Para pengelola menginginkan agar engkau kelak akan menjadi tokoh yang berguna buat bangsa dan agama. Lalu disini, siapa aku ? aku masih biasa saja. Belum menjadi siapa siapa. Waktuku tidak banyak, sangat tidak banyak. Aku malu jika aku tidak bisa memenuhi amanah tersebut.  Dan kini, aku harus kembali menorehkan rajutan mimpi tersebut. Untuk meraih cita tertinggi. Menjadi manfaat untuk semesta  alam.

Jangan Mengulang Kesalahan Yang Sama



Berbicara mengenai hidup, ada begitu banyak peristiwa yang berlalu yang mengajarkan kita tentang banyak hal. Kehidupan yang benar benar luar biasa adalah kehidupan yang selalu diwarnai perjuangan di setiap harinya. Melawan rasa malas adalah perjuangan, menjalankan amanah adalah perjuangan, belajar adalah perjuangan. Dan sebagaimana kaidahnya, tidak ada perjuangan itu yang tidak melelahkan. Semua perjuangan itu melelahkan, namun ketika kita telah menikmati prosesnya, lelahnya perjuangan itu akan menjadi bagian dari hidup ini. Beberapa waktu terakhir, saya benar benar tidak tahu akan kemana hidup ini, dengan begitu banyak amanah yang membebani dan juga orientasi pribadi yang terlihat tidak sejalan dengan semua amanah yang menanti. Disini aku benar benar diuji, untuk bagaimana menjadi fokus ditengah semua amanah yang mengikuti. Menjadi profesor yang aktivis itu tidak mudah, sangat tidak mudah. Pemahaman ilmu tingkat tinggi yang harus dibarengi kegiatan luar yang menyita tenaga adalah hal yang sangat sangat tidak mudah. Dan dalam proses pembelajaran ini saya mengalami banyak tantangan bahkan kegagalan. Terbukti berkali kali saya gagal menempatkan skala prioritas hidup dengan manajemen yang sangat buruk dan tidak rapi. Memang sy terlahir dengan pola pemikiran abstrak, namun jika telah begini nampaknya sy harus benar benar memanajemen kehidupan ini dengan baik.
Permasalahan utama dalam tubuhku adalah ketidakmampuan untuk menghadapi pelemahan pelemahan internal, terlalu mudah membatalkan sesuatu yang sudah menjadi komitmen, ya saya benar benar menyadari bahwa belajar sikap itu jauh lebih lama daripada mempelajari ilmu. Orang orang besar memiliki idealisme yang kuat yang ia wujudkan kedalam gerak yang konsisten, itulah mengapa kebanyakan mereka sukses, karena ya memang sebenarnya rumus sukses adalah seberapa tangguh kamu bisa bertahan menghadapi berbagai macam cobaan dengan tetap kekeh mempertahankan sikapmu itu. Saya benar benar tidak ingin mengulangi kembali kebodohan yang telah sy lakukan beberapa waktu lalu. Mulai sekarang harus benar benar kuat. Bertahan dalam kelelahan, sampai batas yang aku sendiri tak tahu dimana batas diriku.

Lihatlah Ke Langit



Lihatlah ke langit, indah bukan, biru terang, polos terkadang berwarna warni berhiaskan kilauan sinar matahari. Namun bagiku, disanalah tersembunyi banyak sekali misteri. Tentang visi, tentang misi, tentang harapan, tentang cinta. Aku lebih suka melukiskan semua itu di langit-Nya. Selalu aku bertanya, dilangit sebelah mana, semua mimpi itu akan terwujud wahai Rabbku, ataukah sebenarnya mimpi itu tak akan pernah terwujud. Ketika semua terasa buntu, aku selalu bertanya, seberapa jauh lagi kaki ini harus melangkah ya Rabb, seberapa keras lagi tubuh dan pikiran ini harus kuberdayakan ya Rabb, seberapa banyak lagi kegagalan yang harus aku tempuh ya Rabb, untuk sampai pada harapan harapan yang selama ini menghiasi langkahku agar terus berjalan.
Wahai takdir, di langit manakah engkau akan sampai
Makassar, 16 Oktober 2015.