![]() |
sumber gambar : www.kaskus.co.id |
Pernahkah
kita mendengar kisah mengenai Pangeran Charles, Camellia dan Diana ? sebuah
kisah yang mungkin akan selalu dikenang oleh masyarakat dunia. Kita masih
ingat, meskipun mendapat badai kritikan dari berbagai pihak, pada akhirnya
Pangeran Charles tetap lebih memilih bersama Camellia. Namun pertanyaanya
adalah, bagaimana mungkin Pangeran Charles rela meninggalkan seorang Diana yang
kalau boleh dibilang adalah salah satu wanita tercantik di abad tersebut demi seorang
Camellia. Jika kita melihat dari ukuran kecantikan, jelas Camellia tidak ada
apa-apanya dibanding Diana. But why ?
Mengapa seorang putri yang demikian cantik tidak bisa memenangkan hati
Pangeran Charles. Ketika beliau ditanya tentang perihal tersebut, beliau
menjawab “saya lebih bisa berbicara dengan Camellia.” Begitulah kira-kira
gambaran singkat tentang kompatibilitas. Ini masalah hati, tidak semata-mata urusan
fisik. Jikalau fisik adalah ukuran tentang sebuah hubungan, lantas mengapa
banyak pernikahan artis yang notabene fisik mereka cantik dan ganteng berakhir
dalam perceraian dalam kurun waktu yang singkat? Sementara, di rumah-rumah
sederhana, berisikan orang-orang berwajah biasa, hubungan mereka bisa langgeng
hingga akhir ? Sekali lagi, disanalah urusan hati. Absurd, rumit, dan sering
tidak logis. Fisik memang sedikit bisa menyentuh hati, namun jiwa lebih dahsyat
dalam menyentuh hati. Jiwa-lah yang memberi warna fisik. Fisik saja tanpa
diwarnai jiwa hanya akan membuat manusia menjadi cyborg-cyborg berjalan. Bersama
dengan Camellia, Charles merasa lebih nyaman, jiwa-nya lebih nyaman, sekalipun
kecantikannya tidaklah seberapa. Diluar sana, ada banyak pasangan yang mungkin
physically nampak tidak serasi, tapi siapa peduli. Karena jiwa-lah yang
merasakan. Mereka kompatibel.
Kompatibilitas
ditentukan oleh kepribadian, karakter, ilmu, gaya komunikasi, dan yang paling
penting dalam persepektif muslim adalah ahlak. Ahlak-lah yang membawa khalifah
Umar bin Khattab kepincut untuk menikahkan putranya dengan gadis anak seorang penjual
susu yang begitu ihsan dalam memegang etika berdagang. Ahlak pula yang membuat
hati seorang janda jelita nan kaya raya, Khatidjah luluh pada Muhammad, seorang pemuda santun yang
begitu terpuji dalam semua perilakunya. Jika demikian, lantas apa sesungguhnya
ahlak itu ? “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan” demikian menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin.
Rasulullah
SAW pernah menyampaikan, “Seorang itu wanita dinikahi karena empat hal; karena
hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah
karena agamanya, niscaya kamu beruntung.
Apa mutiara
hadist diatas ? salah satunya adalah masalah jiwa dan kompatibilitas. Harta,
nasab, dan kecantikan adalah urusan fisik, sedang agama adalah urusan jiwa. “Pilihlah
agamanya, niscaya kamu beruntung.” Mengapa harus agama ? karena agama adalah
operating system (OS) manusia. Secanggih apapun hardware laptop kalau tanpa OS hanya
akan menjadi persegi panjang tipis yang tidak berguna. Atau secanggih apapun
hardware laptop kalau OSnya gak kompatibel ya fiturnya tidak akan maksimal. Itulah
agama. Semakin mengenal agama maka semakin baguslah kualitas OSnya. Lalu apakah
tidak diperbolehkan memilih karena harta, nasab dan cantik/gantengnya ? tentu
saja boleh. Kalau agamanya sama-sama bagus, ada yang lebih cantik/ganteng atau
lebih berharta, wajar dan boleh-boleh saja. Tapi bagaimana seandainya tidak
memilih karena agama ? boleh juga karena konsekuensi ada di pilihan
masing-masing, hanya saja Rasulullah tidak merekomendasikan yang demikian.
“Pilihlah
agamanya, nisacaya kamu beruntung.” Rasul sudah menjamin demikian, sekarang
yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana ukuran agama tersebut. Apakah
sebatas sama-sama islam ? Padalah kalau dicermati, banyak orang islam yang
belum mengerti islam. Hayo. Lalu memilih karena agamanya itu yang bagaimana, apakah
sama-sama satu harokah ? (hehe, ini sensitif), lalu yang bagaimana ? Insya
Allah akan berlanjut di Part 2 dengan dilengkapi dari sudut pandang ilmu medis.
To be continue...........
-Nanda E.S Sejati
-Nanda E.S Sejati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar